Detail Acara & Kegiatan Kabupaten


Berita » Guru PAUD yang Memberdayakan Perempuan Desa Sumberdadi Melalui Kebun Kopi

Guru PAUD yang Memberdayakan Perempuan Desa Sumberdadi Melalui Kebun Kopi

Guru PAUD yang Memberdayakan Perempuan Desa Sumberdadi Melalui Kebun Kopi

Oleh : Kuni Annisa

Kopi pertama kali ditemukan di Ethiopia dan kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia melalui perdagangan dan eksplorasi. Di Indonesia, tanaman kopi arabika diperkenalkan oleh kolonial Belanda sekitar abad ke-17. Saat itu, kolonial Belanda membawa biji kopi arabika yang menjadi salah satu varietas yang tumbuh subur di wilayah iklim pegunungan.

Di Trenggalek, pengenalan kopi oleh kolonial terjadi sekitar abad 18 hingga awal abad 19. Kolonial Belanda melihat potensi besar di Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek. Kecamatan Bendungan termasuk kedalam area Pegunungan Wilis.Pegunungan Wilis memiliki tanah yang subur dan iklim yang sejuk, sehinggasangat cocok dimanfaatkan untuk lahan perkebunan kopi.

Dilem Wilis merupakan pabrik pengolahan kopi yang pernah berdiri di Trenggalek era kolonial. Pabrik pengolahan kopi ini beroperasi sekitar tahun 1929 terletak di atas ketinggian 800 mdpl. Nama pabrik ini diambil dari seorang pengusaha kopi dari Belanda yang bernama Van Dilem.

Adanya pabrik pengolahan kopi ini menunjukkan bahwa dulu perkebunan kopi pernah berjaya di kabupaten ini. Hingga pada akhirnya, ketika pabrik kopinya tidak beroperasi lagi, masyarakat banyak yang tidak menanam kopi dan berganti  ke komoditas pertanian maupun perkebunan lainnya.

Kalau kita telisik lebih lanjut, perkebunan kopi sebenarnya banyak sekali manfaatnya. Selain dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat, tanaman kopi bisa memberikan manfaat untuk kawasan konservasi. Kopi bisa ditanam disela-sela tanaman konservasi yang biasanya merupakan tanaman tegakan. Tanaman kopi dapat menjadi cara pelestarian hutan, peresapan air yang bagus, dan banjir berkurang. 

Selain itu, tanaman kopi termasuk penyumbang udara bersih. Dengan perhitungan 1 hektar kebun kopi bisa menyerap karbon dioksida (CO2) mencapai 25 ton per tahun dan melepas 16 ton oksigen (O2)ke udara, kebun kopi berperan vital memerangi polusi udara.

Secara ekonomi, kopi sama seperti halnya gula dan teh, termasuk barang kebutuhan pokok dalam rumah tangga. Permintaan pasarnya sangat tinggi. Sehingga berapapun hasil panennya, selama kualitasnya bagus akan tetap bisa terserap oleh pasar. 

Dari beberapa manfaat perkebunan kopi di atas, sudah selayaknya perkebunan kopi bisa dilanjutkan lagi di Kabupaten Trenggalek. Seperi halnya pada tahun 2014, Kelompok Tani Karya Lestari di Desa Sumberdadi Kecamatan Trenggalek mulai membudidayakan kopi melalui Anty Poverty Program yang didukung dana dari Dinas Perkebunan Povinsi Jawa Timur.

Yayuk Lesari sebagai guru PAUD dari Sumberdadi juga merupakan ketua kelompok Karya Lestari. Sosok inspiratif dari ujung Utara Kecamatan Trenggalek ini berhasil memberdayakan perempuan di sekitar melalui usaha kopi. 

Letak Desa Sumberdadi yang bersebelahan dengan Kecamatan Bendungan, secara topografi layak untuk budidaya kopi. Mbak Yayuk dan anggota kelompoknya melakukan budidaya kopi pada lahan hutan daerah sekitar. Usaha kopi kini sudah berkembang, dengan memiliki beberapa mesin pengolah kopi

Mbak Yayuk pun berhasil menjuarai lomba wirausaha yang diselenggarakan Universitas Negeri Surabaya. Dari hasil perlombaan itu mendapatkan Alat berupa mesin pengupas biji kopi kapasitas sedang. 

Apabila panen tiba, Mbak Yayuk mengumpulkan kelompoknya untuk proses pengolahan pasca panen. Mula-mula buah kopi disortasi, yakni dipisahkan dari kotoran dan dipilih kopi yang prima. Kemudian pengupasan kulit buah menggunakan mesin. Selanjutnya Biji kopi basah dikeringkan secara alami memanfaatkan sinar matahari.

Setelah kering, kopi siap dipasarkan. Dengan label “Kopi Sumberdadi”, kopi dijual dalam berbagai kemasan baik bentuk biji kopi ataupun bentuk bubuk. Produk yang dikemas dengan aluminium foil ini juga sering mengikuti misi dagang dan pameran pada berbagai acara.

Mbak Yayuk mengaku bahwa kelompknya merasa terbantu dengan adanya usaha kopi ini. Perempuan yang biasa mengandalkan hidup dari lahan hutan kini memiliki hasil tambahan dari kopi. 

Kelompok Mbak Yayuk juga memiliki ketrampilan baru dari mengolah hasil perkebunan kopi. Sebelumnya mereka mencari kayu dan menanam tanaman di hutan. Dengan pengolahan pasca panen ini tentu meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian

Perwakilan Kelompok Karya Lestari ini juga pernah mengikuti study banding pada lahan perkebunan kopi yang ada di Kabupaten Jember. Disana, mereka belajar teknik budidaya dan pasca panen kopi supaya mendapatkan kualitas kopi yang baik

Akses jalan menuju rumah Mbak Yayuk sangat jauh dan sulit, namun beliau dengan tekun mengantar pesanan untuk pelanggan yang ada di kota. Bisa dibilang mbak Yayuk ini tokoh kunci pemberdayaan ekonomi perempuan desa Sumberdadi

×